Saturday, November 6, 2010

Tip membeli produk furniture kayu jati

Apakah Anda pernah membeli mebel kayu produksi Indonesia atau berencana membeli mebel kayu produksi Indonesia? tahukah anda kalau mebel yang sudah atau akan anda beli sudah berkwalitas baik? Hal ini sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Anda dapat mengetahui bahwa sebuah mebel kayu berkwalitas dengan cara melihat jenis kayu yang dipergunakan, bagaimana kontruksi mebel itu dibangun dan sentuhan akhirnya.

Jenis kayu yang dipergunakan sebagai bahan baku sangat mempengaruhi umur mebel milik anda. Sebelum anda memutuskan untuk membeli sebuah mebel kayu, ketahuilah apakah mebel tersebut dibentuk dari kayu keras. Pada umumnya mebel produksi Indonesia yang berbahan dasar kayu keras seperti Jati, mahoni, merbau, kanver, bingkirai dan sejenisnya, setelah diberikan perlakuan khusus untuk mengurangi kandungan airnya, dapat dibentuk menjadi mebel yang berkwalitas baik dan berumur panjang.

Mebel berbahan kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) mempunyai serat yang indah dan tekstur permukaan yang sanagat halus, walaupun dengan kwalitas finishing yang standart. Mahoni termasuk kayu dengan kelas awet III dan kelas kuat II, III. Mebel berbahan kayu Mahoni tidak cocok untuk out door dan dari pengalaman saya, mebel mahoni dari kayu mahoni yang relatif muda, sangat rentan terhadap gangguan hama kayu, untuk hal itu jenis mebel berbahan kayu mahoni saya sarankan rajin-rajin membersihkan dan sesekali disemprot dengan obat anti hama kayu.

Bagi orang yang mengerti kwalitas kayu, mebel berbahan kayu Merbau atau kayu Ipil menjadi pilihan yang cerdas, karena kayu ini mempunyai kwalitas tinggi (termasuk kayu kelas awet dan kuat I, II). Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga atau hama kayu. Pada umumnya pembuatan mebel kayu merbau di pulau Bali masih "made in order", pemesan produk ini biasanya orang yang ingin memiliki produk berkwalitas dengan harga lebih murah. Kelemahan kayu merbau adalah dapat menimbulkan noda hitam (pigmen ungu kehitaman) apabila berhubungan dengan besi atau terkena air.Tapi jangan kawatir, dengan memberikan finishing yang baik dan tahan air, masalah ini akan dapat diatasi secara mudah.

Kayu Jati sering di anggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama untuk pembuatan berbagai bahan bagunan termasuk mebel.
Kayu jati terbukti tahan terhadap jamur dan hama kayu karena kandungan minyak didalam kayu jati itu sendiri. Karena tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati, maka hingga saat ini mebel kayu jati paling disukai oleh konsumen dalam maupun luar negeri. Namun berhati-hatilah karena mebel berbahan jati pun tidak semuanya berkwalitas prima. Menurut pengalaman saya ada empat kelas mebel jati yang beredar dipasaran di pulau Bali.

Jenis pertama adalah mebel dengan kwalitas kayu hutan jati jawa sekelas ”Jati Bojonegoro” yang tidak perlu diragukan lagi. Biasanya jenis kayu ini dikeluarkan oleh PERHUTANI (perusahan umum kehutanan negara). Karena kwalitas yang super, biasanya mebel dari jenis kayu jati kelas satu ini mempunyai harga yang super pula, Mebel jati kelas  ini diyakini mempunyai umur hingga dapat diwariskan dari generasai ke generasi.

Jenis mebel jati yang kedua adalah jenis mebel jati dari kayu yang berasal dari hutan rakyat atau kayu jati yang ditebang dari kebun pribadi milik rakyat. Jenis jati ini banyak yang mempunyai kwalitas bagus tapi tidak sedikit berkwalitas kurang. Kayu yang kurang berkualitas dihasilkan dari kayu yang ditebang pada umur muda dan berdiameter kecil. Hal ini umum terjadi karena alasan kebutuhan ekonomi (uang) dari sang pemilik pohon jati. Kayu yang kurang berkwalitas ini ditandai dengan diameter kayu yang kecil, banyaknya warna putih (sap wood), ada bercak hitam atau doreng, serat kayu dengan banyak bekas percabangan yang mati (mata mati), terkadang terdapat warna putih keabuan yang biasanya kurang disukai oleh konsumen luar negeri.

Dari pengalaman saya, mebel jati jenis ini  mempunyai kwalitas rata-rata atau sedang, namun kalau anda teliti dalam membeli dan memiliki supplier terpercaya, banyak mebel di kelas ini mempunyai kwalitas yang baik. Produk ini biasanya diburu oleh reseller lokal bahkan pebisnis asing untuk keperluan export. Saya meyakini hal ini dikarenakan oleh harga dasar produk mebel jati jenis ini lebih terjangkau, sehingga jika diexport, harga jual diluar negeri setelah ditambahkan biaya tambahan seperti ongkos cargo, lokal handling fee, pajak export , dan dana lainnya, masih bisa bersaing.

Kalau anda memahami kayu dan mempunyai cukup waktu untuk memilih serta mengawasi proses produksinya, disinilah tempat anda membeli produk mebel jati berkwalitas baik dengan harga terjangkau untuk dijual kembali, sehingga prosentase keuntungan anda akan lebih tinggi. Namun kalau anda kurang memahami kayu jati, tidak ingin ribet dan stress dalam keterbatasan waktu, maka disinilah biasanya peran searching and buying agent seperti saya ini diperlukan. Mempunyai jaringan supplier yang luas dan terpercaya, mengerti produk dan bahan, mampu menjaga dan mengontrol kualitas produk, mengetahui packing dan staffing secara benar untuk menghidari kerusakan produk saat pengapalan dan banyak hal spesifik lainnya. Dengan kata lain, seorang ”buying dan searching agent” tidaklah cukup hanya bisa mengantarkan pembeli ke penjual atau artshop tertentu, kemudian mengharapkan uang jasa atau komisi dari pembeli dan/atau penjual. Pekerjaan seperti ini bukan pekerjaan seorang ”searching dan buying agent” karena pekerjaan seperti ini sopir taxi pun bisa melakukannya.

Jenis  ketiga adalah jenis mebel jati ”As-Pal” = asli tetapi palsu (real but not pure). Jenis ini adalah produk mebel kayu jati yang dicampur dengan kayu bukan jati. Biasanya di campur dengan kayu Lantoro, kayu Akasia atau bahan kayu lain yang mempunyai serat dan warna sekilas mirip dengan kayu jati. Saya sendiri ketika baru memulai businis ini pernah terkecoh dengan mebel kayu jati asli palsu model ini, sehingga saya dan asisten saya biasa memberikan istilah ”Jati Kayu” ( baca "Kayu Jati" dibalik) yang kalau diartikan dalam plesetan bahasa Bali dimana "Jati" (jakti) = benar, sehingga ”Jati Kayu” berarti ”benar itu kayu” atau hanya kayu biasa namun bukan kayu jati. Biasanya supplier yang nakal melakukan hal ini untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena harga kayu lantoro dan kayu akasia jauh lebih murah. Kayu jenis akasia sebenarnya termasuk kayu kelas awet III, cukup tahan terhadap cuaca pada kondisi normal, tapi mudah jamuran dan tidak tahan terhada hama kayu. Untuk membedakan kayu ”As-Pal” ini dari kayu Jati bisa di lihat dari warna dan seratnya serta baunya yang tidak khas kayu jati. Lantoro mempunyai ciri warna coklat kemerahan atau keemasan sedang akasia mempunyai warna coklat muda hingga coklat tua kehijauan. Namun demikian pembeli yang tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup hampir dipastikan tidak akan mampu membedakannya. Lebih-lebih kalau produk mebel kayu jati jenis ini sudah di finishing dengan warna yang gelap. Kembali lagi peran saya sebagai ”searching dan buying agent” berguna untuk hal yang satu ini (promosi !,...).

Tip atau saran untuk anda: kalau anda belum mengenal supplier anda dengan baik, jangan membeli produk mebel jati yang sudah finishing dengan warna gelap, sebaliknya pilihlah mebel yang belum mendapat sentuhan akhir (finishing), kalau cocok kwalitas dan harga, baru minta di finishing sesuai keinginan anda, kecuali mebel dengan finishing minyak jati (teak oil), untuk menghindari produk "As-Pal".

Satu produk mebel jati yang saya masukkan juga ke kelas ini adalah produk mebel kayu jati yang dari penampilannya 100 % kelihatan sebagai mebel jati, namun sebenarnya pada bagian-bagian tertentu, mebel kayu yang kelihatan sebagai kayu jati dari luar, tenyata didalamnya adalah kayu bekas bangunan atau kayu bukan jati lainnya dan hanya kira-kira 0.5 cm atau kurang pada bagian luar merupakan papan jati (bukan ply wood).  Ciri produk seperti ini kalau kita lihat dengan teliti akan terlihat ada sambungan tipis yang hampir tidak terlihat pada susut-sudutnya kayunya.

Jenis yang terakhir  adalah jenis mebel yang cukup trendi saat ini, jenis mebel ini dibuat dari bahan kayu jati lama dari bekas bangunan-bangunan kuno atau kapal-kapal kayu yang telah rusak, di bentuk lagi menjadi berbagai produk mebel jati yang unik tanpa menghilangkan tektur asli produk sebelumnya. Keunikan produk ini adalah tidak ada duanya atau lebih mirip sebagai produk barang antik, yang membuat beberapa produk jenis ini berharga cukup mahal. (Ary-Bali)

Sunday, October 31, 2010

Proses Pembuatan Patung Budha

















Menurut salah satu situs Budha , asal mula perpatungan Buddha yang ada saat ini merupakan perkembangan dari bentuk seni Buddha-Yunani yang berkembang beberapa abad yang lalu. Patung Buddha yang ada pada saat ini sering disalah-artikan dan disalahgunakan sebagai objek untuk meminta ampun, meminta pertolongan maupun konsultasi masalah hidup. Yang lebih parah lagi, patung-patung tersebut dianggap sebagai suatu personal yang hidup hingga terdapat begitu banyak pantangan agar tidak menyentuh patung Buddha sebelum mencuci tangan, membersihkan patung Buddha dengan berbagai macam kembang, hingga yang paling buruk, menganggap didalam patung Buddha tersebut terdapat Buddha-nya.
Hal tersebut justru dapat memperburuk citra Buddhis. Patung-patung tersebut hanya sebatas objek pengingat, perwakilan Buddha dan simbol keteladanan agar kita selalu ingat "Oh, begini toh rupa Buddha".

Susah dibayangkan bagaimana para seniman patung jaman dahulu, secara bersama-sama menyelesaikan patung Budha terbesar dengan tinggi 58 meter yang di pahat pada  dinding tebing terjal seperti Budha Bamiyan di Afganistan atau proses pembuatan Buddha Giant Leshan, China. Susah juga dibayangkan bagaimana seorang kepala seniman sebuah mega proyek pembangunan patung raksasa, menyatukan ide ratusan pemahat tradisional untuk membentuk sebuah patung sesuai dengan ide yang ada dipikirannya. Namun semua itu tidak akan begitu mengherankan jika itu di buat pada jaman mesin dan computer seperti saat ini kan?
OK,..dari pada pusing memikirkan bagaimana mereka membangun patung maha Budha saat itu, mengenai teknik dan juga segala tetek bengeknya, saya akan menceritakan dengan gaya cerita saya bagaimana seniman patung Budha di Bali Indonesia, menciptakan karya-karya patung  kayu Budha mereka.
 
Tahap pertama pengumpulan bahan (kayu). Paling umum yang dipergunakan adalah kayu Suar, atau juga orang menyebutnya kayu Trembesi atau yang lebih keren ”Samanea saman”. Saat ini kebutuhan kayu Suar sebagai material pembuatan patung didatangkan dari luar pulau Bali (Java), yang harganya untuk satu truk kayu suar (kurang lebih 2 -3 kubik) sudah berkisar 7 sampai 8 juta rupiah, itu pun bahan kayu hasil potongan pada cabang  alias bukan bagian dari batang utama pohon. Batang utama pohon biasanya  dimanfaatkan oleh pengrajin furniture untuk pembuatan meja berukuran super besar (solid wood).
 
Tahap kedua, membuat ”Bakalan” atau membuat bentuk dasar patung. Tahap ini sebenarnya kelihatan sangat gampang tapi sebenarnya tahap inilah yang paliang menentukan  bentuk dan proporsi akhir dari sebuah patung . Pada tahap ini biasanya dikerjakan oleh seorang yang sudah sangat profesional dan mengerti  anatomi, karena bentuk dan proporsi keseluruhan tubuh patung akan terbentuk pada tahap ini. Alat yang dipergunakan secara tradisional berupak kampak namun saat ini telah mempergunakan  ”sensor” atau gergaji kayu/pohon bertenaga mesin. Khusus tahap ini tidak semua pemahat mampu melakukannya, hanya profesional biasanya yang melakukan tugas ini. Lucunya dari pengamatan dan pengalaman ”searching” penulis, banyak terjadi bahwa anatomi patung yang dihasilkan seorang seniman patung cenderung  mengikuti proporsi tubuh pemahatnya, semisal pemahatnya pendek dan gemuk, hasil karyanya  juga cenderung pendek dan gemuk-gemuk. Untuk test kasus saja,..kalau anda jalan-jalan keBali dan melihat patung yang bentuknya gemuk, bisa anda  tanya siapa yang membuatnya, kemungkinan besar pemahatnya tidak berbadan kurus kering :-)

Tahap ketiga, detail pembentukan. Pada tahap ini sudah semakin banyak seniaman patung yang mampu melakukannya, namun demikian karakter wajah Budha malah terbentuk disini. Seperti yang selalu tertulis dalam order ”SAMNOK”  (nama toko di German yang mengunakan jasa penulis), ”Budha dengan wajah manis dan tersenyum sedikit”. Sering terjadi pelanggan harus rela menunggu pesanan lebih lama karena menghendaki wajah Budha yang spesifik dari hasil karya seniman tertentu. 

Tahap keempat dan yang terakhir adalah finishing yang terdiri dari dua tahap yaitu penghalusan (sending) dan coating (lapisan pelindung)  dan/atau  coloring (pewarnaan). Di Bali tahap sending ini biasa dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga sebagai tambahan penghasilan tatkala tidak ada pekerjaan disawah, namun demikian tahap ini sangat menentukan hasil akhir, karena kalau tidak hati-hati dapat terjadi kesalahan pada waktu penghalusan sehingga melunturkan atau bahkan menghilangkan detail ukiran.    
 
Umumnya hasil akhir produksi patung Budha kayu di Bali tidak berwarna (warna  alami atau natural), namun kebutuhan pembeli dan persaingan antar pengrajin membangkitkan  inovasi dan ide-ide baru para pengrajin untuk menghasilkan karya-karya yang berbeda, termasuk pewarnaan pada patung seperti patung Budha diatas.   (AryBali)

Contact Form

Name *
Email *
Subject *
Message *
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image:
[Refresh Image] [What's This?]